Selasa, 21 Desember 2010

Seni Beriman Kepada Taqdir, Menjemput Peradaban Yang Gemilang Oleh: Anis Matta, Lc. (Ketua Pembina Institute of Future Civilization )

Dari 99 nama dan sifat Allah ada 4 yg paling banyak mendasari semua takdirNya; al 'ilm, al qudroh, al rahmah, al 'adl. Jadi walaupun Allah Maha Mengetahui dan Maha Mampu melakukan apa saja tetap saja kasih sayang dan keadilan-Nya mengalahkan angkara murka-Nya.
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, Maha Mampu bertindak dan melakukan apa saja yg Ia kehendaki tapi juga Maha Penyayang dan Maha Adil. Itu sebabnya Allah tidak akan pernah menzalimi hambaNya walaupun Ia bisa kalau Ia mau karena Ia terlalu Pengasih dan terlalu Adil...

Itu yang menjelaskan mengapa seluruh takdirNya adalah kebaikan semata. Termasuk semua musibah yg menimpa hambaNya...itu pertanda cinta...

Diantara manfaat iman kepada takdir adalah bhw kita menemukan ruang tak terbatas untuk menafsir semua kelemahan dan keterbatasan kita.

Tapi di balik itu tetap ada harapan dan optimisme bahwa Allah selalu berkehendak baik kepada kita, apapun peristiwa yg ditimpakan kepada kita. Iman kepada takdir mempertemukan dua kutub ekstrim dalam diri kita; kepasrahan dan optimisme. Ketergantungan pada Allah dan rasa percaya diri. Itu yg memberi kita keseimbangan jiwa. Akhir dari semua kerja keras kita adalah kepasrahan, ujung dari semua kelemahan kita adalah optimisme.

Kita tidak perlu melawan kehendak Yang Maha Besar. Kita hanya perlu memahaminya lalu belajar berdamai dengan diri kita bahwa itulah yg terbaik untuk kita. Takdir adalah ide tentang bagaimana kita menafsir kekuatan dan kelemahan kita sebagai manusia, juga ide tentang skenario kehidupan dimana Allah adalah pusatnya.

Memadukan keperkasaan dan kasih sayang, kekuatan dan keadilan adalah sifat Allah yg menciptakan harmoni dan keseimbangan dalam takdirNya. Lihatlah perjalanan hidup kita, bagaimana ia dipengaruhi begitu banyak faktor tapi semuanya tidak dalam kendali kita.
Kisah Nabi Yusuf bermula dari  sumur dan penjara, lalu berujung di istana dan berkumpul dengan semua keluarga, sebuah skenario kehidupan yg sempurna. Orang tua, suku, waktu dan tempat kelahiran orang-orang yang sezaman dengan kita, orang-orang yang kita temui dalam perjalanan hidup, semua tidak kita tentukan.

Pengaruhnya? Orang yang tidak beriman pada takdir selalu berada pada 2 kutub jiwa yg ekstrim; merasa hina waktu lemah..sombong dan melampaui batas waktu kuat. Tapi ujung cerita itu (kisah nabi Yusuf) adalah pernyataan bahwa "Sesungguhnya Tuhanku Maha Lembut (dalam mencapai) apa yang Ia kehendaki".

Mempertemukan kehendak kita dengan kehendak-Nya itulah yang disebut taufik . Pertemuan yang menciptakan harmoni kehidupan..damai dan tenang tiada henti. Adalah semata karena rahmat-Nya ketika Ia memberi kita kesempatan untuk memilih beriman atau tidak beriman, tapi akibat pilihan kita adalah takdirNya.

Waktu kalah dlm perang Uhud, Allah melarang kaum muslimin merasa lemah dan sedih. Mereka harus tetap merasa kuat sebab ini belum berakhir. Membaca takdir Allah adalah upaya yg tak boleh berhenti untuk memahami kehendak-Nya. Belajarlah menitipkan kehendak kita dalam kehendakNya.

Sebab jika Allah hendak menciptakan peristiwa dan memberlakukan kehendakNya, Ia menyiapkan semua sebab-sebabnya dan terjadilah semua takdir-Nya. Kita jadi kuat di ujung kelemahan manusiawi kita karena kita percaya pada kekuatan Allah yg tidak terbatas. Di ujung kelemahan kita selalu ada optimisme. Berhasil membaca kehendakNya dalam hidup kita akan memberi kita ketenangan jiwa yang takkan tergoyahkan oleh goncangan hidup, apapun kita merasa lebih pasti semua ketetapan Allah itu, yg didasarkan pada ilmu dan kemampuan, kasih sayang dan keadilan..diturunkan sbg takdir melalui pengaturan (tadbir).
Makanya Allah disebut sebagai Al Mudabbir atau yang mengatur dan merencanakan detil-detil kehidupan manusia. Hidup kita berjalan dalam scenario-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar